Saya mengetahui kata
empati sejak zaman kuliah dahulu melalui buku buku pengembangan diri. Sekarang
pun kata ini sering kita jumpai dan dengar melalui para pakar parenting pada
seminar seminar parenting. Saya tidak berpanjang
lebar mengupas tentang definisi parenting dan uraian lebih dalam mengenai hal
ini, tapi langsung kepada penerapan empati ini dalam pendidikan anak.
Contoh praktek kalimat empati
Contoh 1:
Langsung saja, biasanya kita (baca: saya), memberi respon ketika anak kesulitan melakukan sesuatu dengan berkata,”yah, gitu aja kok gak bisa?” atau ketika anak ketakutan terhadap sesuatu,”payah, gitu aja takut, berani dong....” Dan ribuan contoh lain pada kehidupan sehari hari ketika berinteraksi dengan anak kita.
Langsung saja, biasanya kita (baca: saya), memberi respon ketika anak kesulitan melakukan sesuatu dengan berkata,”yah, gitu aja kok gak bisa?” atau ketika anak ketakutan terhadap sesuatu,”payah, gitu aja takut, berani dong....” Dan ribuan contoh lain pada kehidupan sehari hari ketika berinteraksi dengan anak kita.
Alih alih berkata dengan
nada yang telah disebutkan di atas, lebih baik kita ganti dengan kalimat
empati. Contohnya ketika anak terjatuh, kita lihat dengkulnya berdarah, apa
yang harus kita lakukan selain berkata,”waduh, gimana sih, makanya jangan lari
lari, sudah dibilangin, nah sekarang jatuh kan.... ya udah, diam....”. Yang
harus kita lakukan adalah, pertama tama kita dekati anak itu, lalu berkata,”sakit
ya nak?, ummi tahu kamu sakit. Adalah wajar kalo anak anak nangis seperti kamu,
tapi nangisnya jangan lama lama ya, baca doa saja supaya kuat , jadi tidak
sakit lagi. Ummi percaya setelah ini, kamu lebih hati hati kalo berlari”.
Contoh 2:
Alhamdulillah, saya telah mempraktikkan waktu si Ahmad terlihat ketakutan berdiri di dekat unta. Saya perhatikan kedua kakaknya enjoy enjoy saja berdiri di dekat unta, mereka bahkan mengambil foto unta dengan hape abi nya. Akan tetapi saya perhatikan si Ahmad tampak ingin menjauh, ketika saya tanya mengapa kok malah menjauh, spontan dia menjawab,”takut”...
Alhamdulillah, saya telah mempraktikkan waktu si Ahmad terlihat ketakutan berdiri di dekat unta. Saya perhatikan kedua kakaknya enjoy enjoy saja berdiri di dekat unta, mereka bahkan mengambil foto unta dengan hape abi nya. Akan tetapi saya perhatikan si Ahmad tampak ingin menjauh, ketika saya tanya mengapa kok malah menjauh, spontan dia menjawab,”takut”...
Di dalam hati saya
berkata, “nah inilah kesempatan mempraktikkan ilmu empati....” Setelah itu saya
bertanya kepadanya,”Ahmad takut ya sama unta?” dijawab langsung oleh beliau,”iya”.
Lalu saya tersenyum, saya lebih mendekat kepadanya, saya pegang tangannya, dan
berkata,”wajar kok kalo anak anak takut sama hewan yang pertama kali ditemui”.
Lalu saya tambah,”akan tetapi, unta itu binatang jinak, tuh kan ada pawangnya,
nah tuh lihat anak itu menaiki punggungnya, itu buktinya unta itu binatang
jinak, Insya Allah tidak makan atau mencakar Ahmad”.
Memang perlu waktu untuk
memahamkan pemahaman tentang hal di atas, jadi saya tidak memaksanya. Waktu
berlalu, kami pun singgah ke tempat lain dan bermain di area permainan sampai
akhirnya tiba waktu pulang. Ketika kami
melewati tempat unta itu, mata saya berbinar dan senyumpun melebar ketika tiba
tiba si Ahmad berkata,”Ahmad sekarang berani sama unta, tuh kan sekarang deket
sama unta”.. Alhamdulillah....
Mudah mudahan kita
konsisten untuk menerapkan empati ke anak anak kita. Aamiin...
Catatan terkait:
Contoh kalimat dan sikap empati
Catatan terkait:
Contoh kalimat dan sikap empati
No comments:
Post a Comment