Saya sependapat dengan pemikiran bahwa anak seusia TK harus lebih banyak
bermain. Orang tua seharusnya tidak membebani mereka dengan pelajaran calistung
secara berlebihan. Tunggulah sampai anak itu puas bermain dan siap
mental menerima pelajaran informal tentang calistung.
Demikian pula halnya dengan anak laki laki saya Ahmad. Usianya baru empat
tahun. Dia lagi senang senangnya bermain bola. Kesempatan ini saya
pergunakan dengan sebaik baiknya, dalam artian sambil bermain bola, saya
latih keseimbangannya, koordinasi geraknya, feeling nya, fisiknya,
mental, adab dan perilaku.
Menurut pakar pendidikan, anak tidak seharusnya dipaksa untuk mengikuti
dunia atau pemikiran kita, sebaiknya orang tua yang harus masuk ke dunia
anak anak. Dalam hal pendidikan, kita harus mengikuti kemauan atau
kebutuhan anak. Jika si Ahmad sedang membutuhkan partner dalam bermain
bola, maka saya harus menjadi temannya sekaligus memasukkan beberapa
pembelajaran disana.
Contoh untuk pelajaran adab/perilaku/karakter:
- ketika Ahmad ingin
memakai sepatu bola, saya ingatkan memakainya dengan kaki kanan dahulu
jika memulai dengan kaki kiri. Begitu juga sebaliknya, yaitu adab melepas sepatu. (kadang kadang si Ahmad bosan pakai sepatu di rumput, dia lebih senang bertelanjang kaki)
- ketika minum, saya akan ingatkan baca basmalah jika si Ahmad langsung meneguk air.
Contoh untuk melatih koordinasi tubuh/kontrol atau keseimbangan:
-setelah bermain tendang tendangan, biasanya saya suruh Ahmad untuk
berlari sambil membawa bola dengan kaki. Alhamdulillah dia dapat
mengontrol bola dengan baik.
Contoh untuk sosialisasi:
- pada waktu acara pemotongan hewan qurban di
sekolah kakaknya, Ahmad saya sarankan untuk bermain dengan anak anak
lain. Alhamdulillah dia bisa menempatkan dirinya dengan baik pada
aktifitas tersebut, baik sebagai orang yang memasukkan bola ke gawang,
maupun sebagai kiper.
No comments:
Post a Comment