Ada beberapa teori dari pakar pendidikan barat yang
menyebutkan bahwa agar anak tidak bersifat penakut maka orang tua tidak boleh
berkata “jangan” kepada anak. Artinya tidak boleh melarang dan membiarkan anak
bebas melakukan aktifitasnya sesuai dengan kehendak hatinya.
Teori ini dimodifikasi oleh beberapa pakar yang saya dengar
di seminar parenting di Indonesia. Mereka sebenarnya setuju untuk tidak berkata
“jangan”, tapi kalimatnya diganti dengan kalimat positif lainnya. Contoh: ketika
anak sedang memanjat pohon di depan rumah, biasanya orang tua refleks berkata,”Nak,
Jangan panjat pohon itu!”. Pakar ini menyarankan memilih kalimat pengganti yang
positif, seperti,” Nak, ibu lebih suka kamu bantu ibu sekarang, yuuk kita
menyiram bunga ini”.
Setelah membaca buku pendidikan cara Rasulullah (buku buku
tersebut sudah saya posting sebelumnya di pendidikan karakter sejak dini), maka saya mengetahui bahwa di dalam Al
qur’an dan hadits terdapat kata larangan. Contoh larangan yang terdapat dalam
Al quran:
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا
تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ
لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka
bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18)
Contoh larangan yang terdapat dalam hadits:
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
"Mukmin yang kuat lebih baik dan
lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap
memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta
tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu
musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian
dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah.
Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law
(seandainya) dapat membuka pintu syaithon.” (HR. Muslim)
Kesimpulannya adalah kita boleh melarang anak anak kita agar
tidak melakukan sesuatu yang buruk. Dari contoh di atas, kita sudah mempelajari
bahwa setelah kata larangan (setelah berkata tidak atau jangan), kita harus
menyertakan penjelasan lebih detail yang menyertainya. Bisa juga menambahkan
dengan pembanding yang kuat atau setelah larangan kita tambahkan alternatif pengganti
yang baik.
Mudah mudahan kita dapat mengamalkan ilmu yang sudah kita
dapat untuk mendidik anak agar lebih baik lagi.. Aamiin…
No comments:
Post a Comment