Ungkapan pada gambar di atas, menginspirasi para orang
tua untuk mengajarkan independence atau kemerdekaan atau kemandirian kepada
anak. Anak yang tidak bergantung pada orang tuanya, anak yang berani
serta percaya diri akan kemampuannya.
Kita dapat belajar dari salah satu sahabat tentang
kepercayaan diri, keberanian, dan kemandirian. Adalah Usamah bin Zaid,
seorang yang mempunyai kedudukan yang istimewa dimata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ibunya adalah
Ummu Aiman sedangkan bapaknya adalah Zaid bin Haritsah. Simaklah kisah
keberaniannya, dalam prang Uhud, beliau datang kepada Nabi, beliau ingin ikut
serta, akan tetapi Nabi memulangkan beliau sehingga beliau pulang dengan kedua
mata yang berlinang karena sedih tidak ikut serta berjuang bersama Nabi dan
sahabatnya. Akhirnya Nabi mengizinkan beliau ikut serta dalam prang khandaq,
usia beliau pada saat itu 15 tahun. Nabipun mempercayai beliau untuk memimpin
pasukan melawan romawi padahal usia beliau belum genap dua puluh tahun dan ada banyak sahabat senior yang ikut serta.
Bagaimana melatih anak mempunyai personal independence
atau terjemahan bebasnya kebebasan bertindak, kemandirian untuk melakukan
sesuatu, kepercayaan diri dalam melakukan sesuatu?
Setelah membaca baca dari berbagai sumber, saya
mendapatkan benang merahnya yaitu “give them the freedom to act” atau
memberikan anak anak kita kebebasan untuk memilih dan bertindak.
Contoh sederhana memberi mereka kebebasan bertindak
agar dapat mengambil keputusan secara mandiri:
- Dengan memberikan mereka pilihan dan konsekuensi pilihan.
Contoh: “nak, sabtu ini kita pergi ke toko buku atau ke taman?” Kalau jawabannya lain dari keinginan kita, cobalah diskusi, misalnya,”oh kamu maunya ke taman, ya ummi setuju saja, mungkin kamu lebih tahu informasinya daripada ummi, sabtu ini ada kegiatan apa di taman? Nampaknya kamu semangat sekali pergi ke sana? …. Ohya sebagai informasi, sabtu ini ada buku yang kamu cari ternyata sedang diskon, apabila kita ke toko buku sabtu depan mungkin sudah tidak ada program diskon lagi”
Dengan adanya dialog di atas, kita jadi tahu alasan
anak dalam mengambil keputusan, apapun keputusan yang diambil, setelah anak
tahu konsekuensi akibat pilihannya, kita sebaiknya mendukung mereka.
Dengan bertanya kepada mereka ketika membeli baju,”silakan
nak, kamu mau baju warna apa” atau ketika masak,”nak kamu mau makan apa hari
ini?”
Intinya jika hal hal yang dipilih anak
tidak membahayakan dirinya, maka kita seharusnya mendukung pilihan mereka. Agar
mereka mempunyai kepercayaan diri dalam mengambil keputusan.
- Menghormati atau menghargai keputusan anak.
Jika kita sudah melatih mereka memilih dan mengambil keputusan, maka sebagai
orang tua kita harus menghargai keputusan anak. Semakin terbiasa anak dalam
mengambil keputusan dalam urusan yang kecil seperti memilih baju, memilih
makanan, memilih tempat berkunjung, dan lain lain, diharapkan mereka akan
terlatih dalam mengambil keputusan dalam hal yang besar disaat mereka dewasa nanti.
- Beri mereka kesempatan untuk berekspresi.
Apa contohnya? Ketika anak kita sakit, dan kita pergi ke dokter. Biasanya
sebagai orang tua, ketika ditanya dokter, kitalah yang mengungkapkan informasi
mengenai sakitnya anak. Yang harus
dilatih adalah, beri kesempatan anak untuk memberitahukan apa yang sakit
walaupun sedikit, misalnya ketika dokter tanya, kita langsung berkata ke anak
kita, “ayo nak, kasih tahu dokter apanya yang sakit”.
Walaupun hanya berucap,”ini dokter, perut saya sakit
yang di sebelah kiri”, yang penting anak kita sudah mengungkapkan ekspresinya,
barulah setelah anak kita selesai, kita yang menambahkan, seperti “iya dok,
kira kira sejak dua hari yang lalu, awalnya badannya demam, lalu hari ini
ditambah perutnya yang sakit,…..” dan seterusnya
- Latihan tanggung jawab dalam mengelola uang.
Sekali kali cobalah melatih anak kita dan biarkan anak kita bertransaksi
sendiri. Jika di rumah kita dekat dengan swalayan, cobalah diskusikan kebutuhan
hari ini apa yang mau dibeli, kasih kesempatan anak untuk membuat cek list
barang yang akan dibeli. Berilah ia uang yang kira kira lebih dari harga barang
barang tersebut.
Cobalah lihat setelah ia sampai di rumah, apakah
barang barang yang dibeli sama dengan yang terdapat di cek list? Apakah uang
sisa masih utuh? Apakah ia balik lagi ke rumah meminta tambahan uang dan
berkata,”ummi uangnya gak cukup soalnya saya beli ice cream sama jajanan ini
tadi”
Diskusilah dengan anak tentang tanggung jawab
mengelola uang ini apapun hasil yang diperoleh setelah anak “diuji” dengan
berbelanja sendiri ke swalayan.
Demikianlah contoh sederhana untuk melatih kemerdekaan
atau kebebasan beraktifitas, kemandirian, kepercayaan diri dan tanggung jawab
pada anak. Semoga anak kita mempunyai sifat ini dan berteriak lantang, Inilah saya....
No comments:
Post a Comment