Wednesday, March 27, 2013

Kapan terakhir anda mendongeng untuk anak?

Ketika menulis postingan ini, ingatan saya melayang ke waktu dimana saya asyik mendengar cerita yang dipaparkan oleh ibu saya. Sebuah cerita tentang pengalaman hidup beliau yang mengajarkan saya tentang hidup hemat dan menabung. Secepat kilat pula ingatan saya meloncat ke momen ketika kakek (sebenarnya adik dari nenek saya) menguraikan mutiara hikmah diwaktu kami berjalan berdua di gelapnya subuh nan pekat menuju masjid. 

Secara fitrah, anak anak suka sekali apabila orang tua mereka bercerita kepada mereka. Alhamdulillah, saya dikaruniai Allah waktu luang karena saya bekerja dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang, setelah 11 tahun bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore (itupun ditambah kalo lembur dan 1,5 jam perjalan pergi serta 2 jam perjalanan pulang). Jika waktu luang tidak diisi yang bermanfaat, niscaya waktu itu akan diisi oleh hal hal yang tidak bermanfaat. Hal yang bermanfaat salah satunya adalah berinteraksi dengan anak dengan bercerita kepada mereka. 

tips-bercerita-mendongeng-untuk-anak


Alhamdulillah, pas ketemu dengan tulisan ustadz Arifin Badri di page nya. Sekalian saya kutip disini.

==========================================
Mulai kutipan

Semasa kecil anda suka dengan dongeng kerakyatan?

Ada cerita malin kundang, ada pula kancil nyolong timun, kancil dan buaya, pewayangan, dll.

Bahkan hingga saat ini berbagai pesan pendidikan biasa di sampaikan dalam bentuk cerita fiktif. Bahkan semasa di bangku sekolah anda juga didorong untuk membuat karangan fiktif dll.

Dan setelah besar, mungkin hobi anda berkelanjutan. Hobi nonton sinetron, sandiwara, drama, teater, cerpen, komik, dll. Bahkan bukan hanya hobi nonton, mungkin anda juga hobi berbain drama, sandiwara, teater dll.

Mungkin anda begitu menikmati hobi anda tersebut. Apalagi bila alur ceritanya begitu dramatis, seakan berjalan secara nature alias alami, maka anda begitu menikmatinya, bahkan tanpa terasa air mata anda mengalir karena terkesan oleh alur cerita fiktif tsb.

Tanpa anda sadari, berbagai cerita fiktif itu telah menumbuhkan kreatifitas dan keahlian pada diri anda, yaitu membuat cerita fiktif alias berdusta.

Nampaknya, kreatifitas membuat cerita fiktif ini telah menjadi salah satu biang terjadinya tsunami korupsi di negara kita.

Saudaraku! Sudah saatnya bila kita mengoreksi kembali pola pendidikan kita, baik yg formal atau non formal. Sudah sepantasnya kita menanamkan kejujuran sejak dini pada putra putri kita.

Sahabat Abdullah bin Amir mengisahkan: suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkunjung ke rumah kami. Kala itu aku masih usia kanak-kanak, sehingga aku masih suka bermain di luar rumah. Tiba-tiba ibuku memanggilku : wahai Abdullah, kemarilah aku akan memberimu sesuatu.

Mendengar ucapan ibuku, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: apakah yang akan engkau berikan kepadanya?

Ibuku menjawab: aku akan memberinya sebiji buah kurma.

Rasulullah bersabda mengomentari jawaban ibuku:
إِنَّكِ لَوْ لَمْ تَفْعَلِي كُتِبَتْ عَلَيْكِ كَذْبَةٌ 
Ketahuilah andai engkau tidak memberinya sesuatu, maka perbuatanmu ini dicatat sebagai satu kedustaan. (ahmad dll)

Selesai kutipan
==================================

Oleh karena itu, kami membiasakan diri untuk bercerita tentang kisah nyata terutama kisah Nabi, tentang siroh sahabat nabi, para generasi salafus shalih, dan cerita cerita dari manusia pilihan. Mudah mudahan kita dapat mengambil manfaat dan mengamalkan sifat sifat yang dicontohkan mereka. 


No comments:

Post a Comment