Monday, August 26, 2013

Contoh pendekatan diskusi dengan anak

Di group BBM saya ada diskusi seru tentang harapan orang tua yang tidak dijalankan oleh anaknya. Ada beberapa tanggapan dari member group, termasuk saya yang menyarankan harus adanya dialog atau diskusi atau negosiasi dengan anak dari hati ke hati. Diskusi dengan anak ini ternyata ada seninya, ada beberapa contoh dari buku yang telah saya praktekkan kepada anak anak.

Adalah pengalaman yang tak terlupakan ketika orang tua terlibat diskusi atau negosiasi dengan sang anak. Yang paling menantang adalah ketika keinginan kita berlawanan dengan keinginan anak. Ada orang tua yang langsung meledak emosinya ketika keinginan orang tua tidak dilaksanakan oleh anaknya, mulai dari bentakan, teriakan, bahkan sampai tindakan fisik.

Para praktisi menjelaskan bahwa tindakan di atas justru menjadi kontraproduktif terhadap apa yang diingini orang tua. Si anak akan menjadi melawan dan jika anak melaksanakannya pun itu karena terpaksa.

Kali ini saya akan mencatat ulang contoh kasus yang telah saya baca dari beberapa buku pendidikan anak. 

Contoh kasusnya adalah sebagai berikut: 

Orang tua ingin anaknya belajar jam 4 sampai jam 5. Akan tetapi si anak punya keinginan lain yaitu main ke rumah temannya pada jam tersebut.

Orang tua yang tidak mempunyai metode dialog, akan langsung berkata,”pokoknya kamu harus belajar, kamu gak boleh main”.

Akan tetapi orang tua yang mempunyai pemikiran yang positive akan melakukan pendekatan dialog, dan berusaha menyelaraskan keinginannya dengan keinginan anaknya.

Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari apa yang sebetulnya diinginkan sang anak dengan bertanya misalnya,”ummi lihat kamu senang bermain ke rumah si fulan ya?” setelah anak menjawab, cari informasi lagi dengan bertanya,”oh gitu, suka main apa di sana?” Si anak menjawab bermain bola. Langkah pertama sudah selesai, yaitu kita mengetahui keinginan anak yang sebenarnya yaitu main bola dan dia sangat senang sekali bermain bola.

Langkah kedua adalah diskusi. Tunjukan empati kita dan ucapkan kalimat yang mendukung aktifitas anak seperti,”wah ummi senang sekali kamu suka main bola, olahraga kan membuat tubuhmu sehat dan kuat”.

Langkah selanjutnya adalah inti dari negosiasi, dengan mengucapkan perkataan seperti,”ummi dukung kamu untuk bermain bola, tapi ummi juga ingin kamu belajar agar prestasi di sekolahmu meningkat”. Tambahkan dengan “bagaimana kalo bermain bolanya di hari sabtu dan ahad saja, sedangkan senin sampai jumat kamu gunakan waktu tersebut untuk belajar”. 

Kalo anak setuju, berarti langkah selesai, lalu diikuti kesepakatan reward dan punishment. Ajak diskusi lebih lanjut, bagaimana jika anak melanggar perjanjian? Kalau anak masih keberatan, ajak terus dialog melalui diskusi interaktif (saling bertanya saling menjawab).

Contoh diskusi lanjutan,”oh ummi ngerti, kamu kan senang main bola, tapi cuma main hari sabtu atau ahad saja, dikit ya waktunya?” Ketika anak menjawab ia, lanjutkan lagi negosiasi dengan anak,”oke deh, ummi mau nanya , menurutmu yang lebih enak yang mana: apakah main bolanya sepekan tiga kali atau selang seling setiap hari?” Jika anak menjawab selang seling harinya. Maka lakukan negosiasi lagi,”ohya, ummi ngerti.. mudah mudahan kamu jadi jago main bola, tapi ummi juga ingin kamu mempertahankan prestasi akademismu di sekolah.” Sampaikan lagi keinginan kita,”iya deh gak apa apa kamu main pada jam 4 sampai jam 5 sore, tapi setelah shalat Isya kamu belajar ya sebelum tidur”. Biasanya anak akan menjawab ia karena keinginan bermainnya diakomodasi oleh kita. 

Langkah terakhir, kita berikan penegasan akan keinginan kita. Contohnya,”ya mulai besok perjanjian sudah bisa dijalani ya anakku sayang… Jika kamu bisa mempertahankan prestasi akademismu di sekolah pada semester ini, ummi akan belikan kaos bola yang bagus”. Biasanya anak akan antusias menerimanya.

Catatan:

-Dialog diatas adalah salah satu contoh kasus saja, ada seni dan teknik tersendiri untuk kasus per kasus, dan penanganan setiap anak berbeda tergantung situasi dan kondisi serta sikap anak. Jadi contoh diatas mungkin saja tidak berhasil jika kita terapkan pada kasus kita, sekali lagi percakapan di atas hanya sekedar contoh. 

-Kita harus disiplin dalam menegakkan peraturan, dan menjalankan apa yang sudah disepakati kita dan anak. Kalau kita sudah janji membelikan kaos bola ketika prestasi akademis anak bagus, maka tunaikanlah janji itu, belikan dia sebagai reward. Atau jika sang anak melanggar janji berikan tindakan sesuai yang sudah disepakati bersama anak.

Wednesday, August 21, 2013

Buah dari hubungan baik orang tua dengan anak

surat luqman ayat 14
Pernahkah anda bayangkan seorang ibu kepayahan dalam mengandung anak selama sekitar sembilan bulan lamanya, kepayahan itupun bertambah dan semakin bertambah. Puncaknya adalah ketika ibu akan melahirkan, rasa sakit terus bertambah antara hidup dan mati. Akan tetapi ketika melihat bayinya keluar dan menangis, hilang semua derita itu. Sebagai penggantinya, senyum merekah dari bibirnya seraya mengucap hamdalah dan perasaan puas serta syukur kepada Rabb yang Maha Pencipta. Itulah hubungan erat pertama antara ibu dan anaknya setelah keluar dari kandungannya, yang hubungan itu akan diteruskan dengan menyusuinya selama sekitar dua tahun. Kemudian ibu bersama ayah memeliharanya, mendidiknya, bersamanya dan terus begitu hingga sang anak dewasa dan sang anak berpamitan pergi untuk mengayuh rumah tangganya sendiri dengan tambatan hatinya.

Ibu yang mempunyai empati terhadap anak biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan anaknya. Ini akan membuat anak perempuannya akan menjadikan ibunda sebagai model, anak akan  menirunya, dan belajar darinya bagaimana menjadi seorang ibu. Anak laki lakinya akan belajar bagaimana cara merawat dan mengasihi anak anaknya. Ini adalah fitrah. Maka ketika kita membelikan mereka boneka, lihatlah naluri anak terutama anak perempuan kita. Kita akan melihat mereka memandikan bonekanya, memakaikan pakaian untuknya, menyuapkan makanan ke mulutnya, dan seterusnya. 

Akan lebih mudah menanamkan motivasi positif jika seorang ayah mempunyai hubungan baik dengan putranya. Anak akan melihat keteladanan ayahnya. Tanpa diajak, seringkali anak akan meminta ikut ke masjid ketika sang ayah berjalan ke masjid ketika azan. Tanpa diminta, seringkali anak akan membantu (walaupun seringkali lebih banyak main air) ketika melihat ayahnya mencuci mobil.  

Itulah contoh akibat ayah dan ibu yang mempunyai hubungan baik dengan anak anaknya. Sebaliknya apa akibat orang tua yang mempunyai hubungan yang kurang baik dengan anak anaknya? Salah satu jawabannya adalah di bawah ini yang saya catat dari berbagai media (buku dan kisah di majalah), yaitu hubungan yang kurang baik adalah salah satu penyebab sebagian besar kenakalan remaja. 

Setiap anak mendambakan dapat curhat dengan orang tua ketika mereka mengalami masalah dalam keseharian mereka. Namun apabila orang tua dengan alasan repot, tidak ada waktu, atau tidak tahu caranya berkomunikasi dan empati sehingga orang tua tidak bisa memenuhi harapan sang anak, maka anak akan mencari tempat curhat di luar rumah. Mereka akan mencari alternatif di luar, Alhamdulillah jika mereka menemukan orang yang baik dan shalih sehingga dia dapat mengarahkan anak kita ke jalan yang baik, tapi jika anak menemukan orang yang buruk untuk dijadikan curhat? Wallahul musta’an. Itulah salah satu akibat dari tidak baiknya hubungan antara orang tua dengan anak.

Monday, August 19, 2013

Bagaimana melatih anak berani dan tanggung jawab serta tangguh?

Melanjutkan catatan tentang keberanian pada anak sebelumnya, terdapat kisah menawan:

Suatu hari ‘Umar bin Khathab radhiyallahu’anhu menyusuri jalan saat beliau sudah menjadi amirul mukminin. Di tengah jalan terdapat sekumpulan anak-anak yang sedang berjalan. Ketika mereka melihat Umar, maka semuanya lari menyingkir kecuali satu saja, yaitu Abdullah bin Zubair. Umar merasa heran terhadapnya dan kemudian menanyakan kepadanya mengenai sebab mengapa ia tidak turut lari menyingkir. Dia menjawab, “Saya tidak punya kesalahan yang mengharuskan lari dari Anda, dan saya juga tidak merasa takut kepada Anda yang mengharuskan saya meluaskan jalan untuk Anda.”

Itulah salah satu contoh hasil pendidikan sahabat nabi kepada anak putranya sehingga menjadi pemberani. Kita harus mencontoh mereka agar anak kita juga mempunyai sifat pemberani.

Di bawah ini adalah contoh pendidikan dan latihan agar anak laki laki kita menjadi tangguh, jantan, pemberani. Berani dalam bersikap, berani dalam bertindak, berani dalam berekspresi dan mengungkapkan pendapat, berani dalam mengambil keputusan, berani dalam membela kebenaran.

Beberapa pendidikan dan latihan agar putra anda berani:

-ajak anak kita untuk ikut dalam majelis atau pertemuan orang dewasa sambil mengarahkannya untuk duduk dan menjawab yang sopan bila ditanya, serta menghormati orang yang lebih tua dengan lebih dahulu mengucapkan salam dan bersalaman dengan mereka.

-mengajari anak kita dan membiasakannya adab adab bertemu orang yang lebih tua seperti mengucapkan salam kepadanya, menghormatinya, senyum padanya, menjawab pertanyaannya, dan seterusnya.

-Jika ada tamu (tetangga atau kerabat abi atau umminya), jika tidak ada pembicaraan yang khusus dan anak anak boleh mendengarnya, ajak anak kita untuk turut serta dalam memuliakan tamu. Ajarkan mereka adab menerima tamu , seperti menjawab salam, mempersilakan masuk atau duduk, menyiapkan hidangan untuk tamu, bertanya kabar kepada tamu,  menjawab pertanyaan tamu, atau diam mendengarkan tamu berbicara.

-Bacakan kisah kisah generasi terbaik pendahulu yang pemberani, seperti usamah bin zaid, Khalid bin walid, Hamzah bin Abdul Muthalib, dan seterusnya.

-Ajak anak anak kita untuk berolahraga seperti memanah, berenang, berkuda, beladiri, dan lain lain.

-Jangan merendahkan atau menghina hasil usaha anak kita apalagi di depan orang banyak, sebaliknya orang tua harus mendukung anak. Bila terdapat kekurangan (dan ini hal yang wajar), maka nasehati serta beri masukan dengan lembut dan secara empat mata.

-Jangan memakaikan anak putra kita pakaian wanita seperti pakaian yang terbuat dari sutera dan perhiasan dari emas.

-Memotivasi anak laki laki kita terutama yang sudah kelas tiga ke atas untuk berani adzan di masjid dekat rumah, menjadi ketua kelas di sekolahnya, menjadi pelopor untuk kegiatan seperti TPA (taman pendidikan Al quran) seperti mengajak teman temannya di lingkungan sekitar rumahnya, dan seterusnya.

-Jangan biarkan anak kita mengisi waktu luang dia dengan hal yang sia sia yang dapat menyebabkan mereka malas untuk berbuat dan berusaha.

-Jangan biarkan anak kita mendengarkan nyanyian dengan syair yang merusak jiwa, tontonan yang melemahkan semangat, sebaliknya perdengarkan dia bacaan Alquran yang membuat semangat jiwa.

-Jangan turuti semua kemauannya agar tidak hidup bermewah mewah, sebagai latihan beri syarat untuk mendapat apa yang diinginkannya sehingga dia belajar merasakan perjuangan untuk mendapatkan sesuatu, mempunyai pengalaman untuk menjalani proses,  dan pandai bersyukur terhadap apa yang telah diraihnya. 

Itulah contoh contoh latihan dan pendidikan untuk menumbuhkan keberanian pada diri anak kita.

Saturday, August 17, 2013

Apakah anak kita sudah merdeka?

pemuda merdeka berani dan tanggung jawab

Ungkapan pada gambar di atas, menginspirasi para orang tua untuk mengajarkan independence atau kemerdekaan atau kemandirian kepada anak. Anak yang tidak bergantung pada orang tuanya, anak yang berani serta percaya diri akan kemampuannya.


Kita dapat belajar dari salah satu sahabat tentang kepercayaan diri, keberanian, dan kemandirian. Adalah Usamah bin Zaid, seorang yang mempunyai kedudukan yang istimewa dimata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ibunya adalah Ummu Aiman sedangkan bapaknya adalah Zaid bin Haritsah. Simaklah kisah keberaniannya, dalam prang Uhud, beliau datang kepada Nabi, beliau ingin ikut serta, akan tetapi Nabi memulangkan beliau sehingga beliau pulang dengan kedua mata yang berlinang karena sedih tidak ikut serta berjuang bersama Nabi dan sahabatnya. Akhirnya Nabi mengizinkan beliau ikut serta dalam prang khandaq, usia beliau pada saat itu 15 tahun. Nabipun mempercayai beliau untuk memimpin pasukan melawan romawi padahal usia beliau belum genap dua puluh tahun dan ada banyak sahabat senior yang ikut serta.


Bagaimana melatih anak mempunyai personal independence atau terjemahan bebasnya kebebasan bertindak, kemandirian untuk melakukan sesuatu, kepercayaan diri dalam melakukan sesuatu?


Setelah membaca baca dari berbagai sumber, saya mendapatkan benang merahnya yaitu “give them the freedom to act” atau memberikan anak anak kita kebebasan untuk memilih dan bertindak. 


Contoh sederhana memberi mereka kebebasan bertindak agar dapat mengambil keputusan secara mandiri:


  • Dengan memberikan mereka pilihan dan konsekuensi pilihan. 

Contoh: “nak, sabtu ini kita pergi ke toko buku atau ke taman?” Kalau jawabannya lain dari keinginan kita, cobalah diskusi, misalnya,”oh kamu maunya ke taman, ya ummi setuju saja, mungkin kamu lebih tahu informasinya daripada ummi, sabtu ini ada kegiatan apa di taman? Nampaknya kamu semangat sekali pergi ke sana? …. Ohya sebagai informasi, sabtu ini ada buku yang kamu cari ternyata sedang diskon, apabila kita ke toko buku sabtu depan mungkin sudah tidak ada program diskon lagi”


Dengan adanya dialog di atas, kita jadi tahu alasan anak dalam mengambil keputusan, apapun keputusan yang diambil, setelah anak tahu konsekuensi akibat pilihannya, kita sebaiknya mendukung mereka. 


Dengan bertanya kepada mereka ketika membeli baju,”silakan nak, kamu mau baju warna apa” atau ketika masak,”nak kamu mau makan apa hari ini?”

Intinya jika hal hal yang dipilih  anak tidak membahayakan dirinya, maka kita seharusnya mendukung pilihan mereka. Agar mereka mempunyai kepercayaan diri dalam mengambil keputusan. 


  • Menghormati atau menghargai keputusan anak.
Jika kita sudah melatih mereka memilih dan mengambil keputusan, maka sebagai orang tua kita harus menghargai keputusan anak. Semakin terbiasa anak dalam mengambil keputusan dalam urusan yang kecil seperti memilih baju, memilih makanan, memilih tempat berkunjung, dan lain lain, diharapkan mereka akan terlatih dalam mengambil keputusan dalam hal yang besar disaat mereka dewasa nanti.


  • Beri mereka kesempatan untuk berekspresi.
Apa contohnya? Ketika anak kita sakit, dan kita pergi ke dokter. Biasanya sebagai orang tua, ketika ditanya dokter, kitalah yang mengungkapkan informasi mengenai sakitnya anak.  Yang harus dilatih adalah, beri kesempatan anak untuk memberitahukan apa yang sakit walaupun sedikit, misalnya ketika dokter tanya, kita langsung berkata ke anak kita, “ayo nak, kasih tahu dokter apanya yang sakit”. 


Walaupun hanya berucap,”ini dokter, perut saya sakit yang di sebelah kiri”, yang penting anak kita sudah mengungkapkan ekspresinya, barulah setelah anak kita selesai, kita yang menambahkan, seperti “iya dok, kira kira sejak dua hari yang lalu, awalnya badannya demam, lalu hari ini ditambah perutnya yang sakit,…..” dan seterusnya


  • Latihan tanggung jawab dalam mengelola uang.
Sekali kali cobalah melatih anak kita dan biarkan anak kita bertransaksi sendiri. Jika di rumah kita dekat dengan swalayan, cobalah diskusikan kebutuhan hari ini apa yang mau dibeli, kasih kesempatan anak untuk membuat cek list barang yang akan dibeli. Berilah ia uang yang kira kira lebih dari harga barang barang tersebut. 


Cobalah lihat setelah ia sampai di rumah, apakah barang barang yang dibeli sama dengan yang terdapat di cek list? Apakah uang sisa masih utuh? Apakah ia balik lagi ke rumah meminta tambahan uang dan berkata,”ummi uangnya gak cukup soalnya saya beli ice cream sama jajanan ini tadi”


Diskusilah dengan anak tentang tanggung jawab mengelola uang ini apapun hasil yang diperoleh setelah anak “diuji” dengan berbelanja sendiri ke swalayan. 


Demikianlah contoh sederhana untuk melatih kemerdekaan atau kebebasan beraktifitas, kemandirian, kepercayaan diri dan tanggung jawab pada anak. Semoga anak kita mempunyai sifat ini dan berteriak lantang, Inilah saya....