Tuesday, May 28, 2013

Penanganan krisis identitas pada anak

krisis-identitas-pada-anak
Saya pernah membaca tentang krisis identitas dan dampak yang ditimbulkannya. Ada beberapa cerita di mass media yang membuat saya menghela napas panjang, apalagi kalau bukan kenakalan remaja dan efek negatif lain.

 

Apa sih krisis identitas itu? Ada dua kata yang membangun hal ini yaitu krisis dan identitas. Krisis adalah keadaan yang sulit atau permasalahan sedangkan identitas adalah ciri ciri seseorang. Jadi dapat disimpulkan bahwa krisis identitas adalah suatu keadaan dimana seseorang berada dalam tahap mencari identitas dirinya. Atau dengan kata lain keadaan dimana seseorang mencari jati dirinya dan memikirkan siapa dirinya atau menjadi apa dirinya di masa depan. Umumnya kejadian ini dialami oleh anak yang menjelang remaja atau istilahnya ABG (anak baru gede).

Jika seseorang dapat melalui dengan baik proses pencarian identitasnya, maka Insya Allah akan lebih mudah dalam melangkah ke depan. Sebaliknya jika dalam proses ini tidak dapat dilalui dengan mulus, maka langkah ke depan bisa jadi akan tersendat kecuali orang yang diberi hidayah taufiq oleh Allah Ta'ala.

Apa saja usaha orang tua dalam penanganan krisis identitas anak?
1. Pertama dan utama adalah mendoakan anak.

Ini adalah hal paling utama, para nabi senantiasa berdoa untuk keturunannya, rasulullah pun mencontohkan hal ini. Mengenai doa untuk keturunan, banyak terdapat di dalam Alquran, contohnya Albaqarah: 128
dan AlFurqan: 74, dan masih banyak lagi ayat ayat yang menjelaskan tentang hal ini.
Doa sangat bermanfaat untuk keteguhan hati dan keshalihan anak. Mengapa? karena salah satu doa yang maqbul dan mustajab adalah doa orang tua untuk kebaikan anaknya. Silakan bertanya dalilnya tentang ini kepada ustadz, Insya Allah ada di dalam hadits nabi yang shahih.
Ajakan ini utamanya dikhususkan kepada saya sendiri, marilah kita mendoakan anak anak kita agar menjadi anak yang shalih diwaktu waktu mustajab dalam berdoa seperti ketika sujud, antara azan dan iqomah, ketika safar, di hari jumat, ketika turun hujan, dan yang lainnya.

2. Buatlah lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak.

Seperti yang sudah kita baca di buku atau seminar parenting, bahwa faktor dominan yang mempengaruhi identitas anak adalah orang tua, teman, dan tokoh idola. Tidak menutup kemungkinan ada faktor lain.
Saya hanya memfokuskan tiga hal di atas, saya akan mendokumentasikan hasil yang saya baca satu persatu di blog ini. Pertama dimulai dari orang tua.

Salah satu ikhtiar orang tua yang bisa dilakukan adalah:
a. Tanamkan orientasi atau tujuan hidup
b. Tanamkan segala hal yang menyangkut tentang visi seorang muslim
c. Tanamkan juga hal lain seperti orientasi keluarga, orientasi studi, dan lainnya.

Caranya antara lain adalah:
Dengan menceritakan kisah nyata para nabi, sahabat nabi, tabi'in, tabi'it tabi'in, dan generasi pendahulu ummat yang merupakan generasi terbaik ummat ini.

Melalui penanaman dengan story telling ini, Insya Allah anak akan belajar dari kisah hidup mereka, tujuan hidup mereka yang mengutamakan akhirat, amal ibadah mereka, respon mereka ketika menghadapi masalah, bagaimana taubat mereka ketika suatu saat tergelincir di lubang kesalahan, dan seterusnya.
Insya Allah dengan terus menerus ditanamkan mengenai kepribadian dan akhlak mereka, mereka akan menjadikan generasi terbaik ummat ini sebagai idola. Mereka akan paham kehidupan keseharian generasi salaf yang shalih terdahulu dan bagaimana akhir hidupnya yang berakhir dengan keadaan baik.

Itulah idola yang harus ditiru amalnya, sikap hidupnya, sehingga sang anak berusaha dan berdoa agar akhir hidupnya dalam keadaan yang baik seperti mereka.

Yang kedua adalah teman. Tidak dipungkiri bahwa teman dapat mewarnai kehidupan anak. Saya ingat pada suatu kajian saat ustadz menjelaskan tentang teman, ada makna hadits sebagai berikut “Seseorang yang berteman dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak wangi olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”

Ada lagi makna dari hadits "Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian"
(untuk makna dari hadits di atas, jika ingin mengetahui matan aslinya dan siapa periwayatnya silakan bertanya ke ahli ilmu)

 

Pernah juga saya membaca syair yang kurang lebih isinya "Tidak perlu engkau bertanya tentang seseorang, namun tanyalah siapa temannya oleh karena setiap teman (cenderung) meniru temannya"

 

Oleh karena itu, orang tua yang baik adalah yang memilihkan teman bagi anak anaknya, atau memantau dengan siapa anak berteman serta mengajarkan kepada anak agar selektif memilih teman.

 

Yang ketiga adalah idola. Hal ini sudah disinggung pada point pertama yaitu dengan mengenalkan anak dengan generasi pendahulu mereka, setelah itu dorong mereka agar mencontoh nabi sebagai uswah dan generasi salaf yang shalih.

Semoga kita dikaruniai anak yang shalih yang berbakti kepada orang tuanya. Aamiin..

Monday, May 27, 2013

Tips bagaimana mengatasi rumah berantakan akibat aktifitas anak

tips-membereskan-rumah-berantakan
Pernahkah anda menjumpai rumah dalam keadaan berantakan ibarat kapal pecah? Pergi ke ruang tamu, pemandangan yang tampak adalah mainan anak anak berserakan, tidak hanya itu, bahkan tumpahan cat air, kertas bekas guntingan tampak di sana. Lalu mengunjungi ruang tengah yang anda kira selamat dari suasana berantakan, ternyata keadaannya pun tidak kalah hebatnya. Dan hal ini membuat sebagian orang tua yang tidak mempunyai asisten di rumahnya akan merasa pusing tujuh keliling.

Jangan biarkan stress menghampiri anda saat menjumpai hal di atas. Justru orang tua seharusnya harus lebih kreatif berpikir bagaimana cara memecahkan permasalahan ini dan keluar dengan selamat dari peristiwa ini. Capek adalah hal biasa, yang luar biasa adalah dapat mengubah keadaan ini menjadi keadaan lebih baik lagi (motivator mode ON.. hehe).

Jadi bagaimana solusinya? Ada banyak solusinya, anda dapat searching di mesin pencari. Saya sudah menulis pada artikel sebelumnya tips mencari informasi di Google. Insya Allah anda dapat menemukan berbagai macam cara dari A sampai Z.

Di blog ini, saya mendokumentasikan berdasarkan apa apa yang sudah saya praktekkan di rumah. Untuk melaksanakan hal ini diperlukan waktu dan kesabaran, dalam arti tidak seperti tukang sulap yang berkata sim salabim lalu keluarlah kelinci dari topi hitamnya. Praktek ini memerlukan proses yang tidak sebentar.

Langkah yang telah saya praktekkan untuk membereskan rumah yang berantakan akibat aktifitas anak anak adalah:

1.Menanamkan kesadaran kepada anak anak hal hal di bawah ini:
- Jika sudah selesai bermain, maka mainannya harus diletakkan kembali di tempat semula.
- Sisa sisa dari aktifitas pembelajaran, seperti guntingan kertas, bekas air, lem, dan yang lainnya harus dibersihkan.

Pengalaman:

Alhamdulillah, anak anak sekali waktu dapat melakukan hal di atas dengan baik. Akan tetapi, ada kalanya mereka kembali ke kebiasaan semula. Disini harus banyak bersabar dan berdoa agar usaha kita berhasil. Pernah ketika pulang dari TPA, salah satu dari mereka langsung saja melempar tasnya ketika baru masuk rumah. Bagaimana reaksi saya melihat itu? Saya pegang tangannya, saya tuntun dia ke tempat dia melempar tas, lalu berkata dengan baik dan jelas, "ayo kita sama sama taruh tas ini di kamar".

Alhamdulillah, walau tampaknya dia berat hati, tapi akhirnya mau mengambil tas dan meletakkan tas dikamarnya.

Langkah satu ini memerlukan waktu dan pembiasaan yang terus menerus agar dapat menjadi habit atau kebiasaan. Oleh karena itu, saya masih mencari cara lagi, sebab ketika anak anak kembali ke kebiasaan semula, pemandangan berantakan kembali nampak di depan mata. Akhirnya saya menemukan cara di bawah ini disamping terus mempraktekkan cara ini.

2.Sediakan satu ruangan khusus untuk mereka beraktifitas bebas.
Setelah berproses dengan langkah nomor satu, maka saya membuat satu ruangan khusus dimana mereka bisa bermain apa saja, membuat apa saja, melukis dan mewarnai, belajar, bongkar pasang, loncat loncat, percobaan atau eksperimen sesuatu, pokoknya apa saja yang mereka kerjakan dengan seru di sini.

Walhasil, setelah mengorbankan satu ruangan ini, Alhamdulillah hasilnya rumah tetap berantakan. Hehehe. Akan tetapi, lokasinya terpusat di satu ruangan saja, dalam arti ruang tamu, ruang tengah, kamar anak anak tetap terjaga dan rapi. Jika ada indikasi mereka mau melakukan aktifitas di luar ruangan ini, maka kami punya pilihan, kami ajak main ke ruang atas (ruang terbuka) atau kami ajak lagi masuk ke ruangan khusus ini. Pilihan ini bertujuan agar menghindari kebosanan anak anak sehingga terdapat variasi tempat beraktifitas.

Setelah itu, kami (baca: abi, ummi, dan anak anak) jadinya fokus untuk membereskan ruangan itu saja. Hasilnya, waktu beres beres jadi lebih cepat karena sebelumnya kami harus beres beres ruang tamu, dapur, ruang tengah, dan kamar dan sekarang yang kami rapikan hanya disatu ruangan.

Pengalaman:

Setelah menerapkan dua hal di atas, rumah kami masih berantakan. Akan tetapi, Alhamdulillah ada kemajuan sedikit demi sedikit dalam arti pemandangannya sudah tidak seperti kapal pecah lagi, melainkan sudah agak mendingan kelihatannya.. Hehehehe.. Yah begitulah beraktifitas bersama empat anak yang sedang aktif aktifnya dan menerapkan homeschooling.

Seperti yang sudah saya terangkan di atas, perlu waktu dan kesabaran serta sikap persistent (maaf saya nulis dalam bahasa Inggris, diIndonesiakan apa ya? mungkin disiplin atau usaha terus menerus kali ya?). Itulah cerita atau dokumentasi kegiatan di rumah kami. Bagaimana dengan anda? Siapa tahu punya pengalaman lain, mohon untuk sharing pada comment di bawah, siapa tahu kami bisa terapkan di rumah.

Thursday, May 23, 2013

Cara smart mencari informasi - tips pencarian google


google-advance-search-tutorial
Pernahkah kita mengalami ketika mengetikkan kata kunci sebuah informasi di google, akan tetapi tidak menemukan apa yang kita cari? Mungkin kita pernah mengalami ketika mencari informasi yang kita perlukan akan tetapi memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkannya. Saya pernah mengalaminya, oleh karena itu saya mencari tips dalam mencari informasi di google.

Ternyata google menyediakan program khusus untuk hal di atas. Namanya adalah Google search education. Dengan tagline "help your student become better searchers". Ada beberapa lesson plans dan latihan yang dapat kita coba. Ini sangat menarik.

Alhamdulillah, ilmu ini saya telah praktekkan dalam aktifitas homeschooling kami. Anak anak telah diajarkan tips untuk mencari informasi di mesin pencari yang paling banyak digunakan ini.

Untuk mencari informasi yang spesifik kita dapat menggunakan advanced search di http://www.google.com/advanced_search. Di sebelah kanan ada contoh yang harus diketik serta disertai keterangannya.

Seperti biasa, untuk mendokumentasikan apa yang sudah saya dapat, maka saya tuliskan di blog ini.

Tips melakukan pencarian di google


1.Menggunakan inurl atau allinurl
Biasanya penulis blog atau blogger memberi nama url (alamat web) dengan tema yang sesuai dengan tulisan. Misalnya jika tulisan tentang cara belajar efektif, maka mereka memberi urlnya /carabelajar , atau /cara-belajar-efektif.

Jadi yang pertama anda coba adalah dengan mengetikkan inurl: lalu ketik informasi yang anda ingin dapatkan.

Misalnya anda ingin mencari blog mengenai cara belajar bahasa arab, maka yang anda lakukan adalah ketik inurl:cara belajar bahasa arab

Di bawah ini adalah contoh dan hasil pencariannya.

contoh-penggunaan-inurl

hasil-pencarian-inurl

2. Mencari informasi pada site tertentu.
Dari contoh di atas, setelah anda menemukan blog yang berisi tentang belajar bahasa arab dasar. Setelah itu anda ingin mencari informasi tentang bilangan dalam bahasa arab. Maka anda ketik site:  setelah mengetik kata kunci.

Contoh: 
bilangan dalam bahasa arab site:belajarbahasaarabdasar.blogspot.com

Lihat gambar di bawah untuk lebih jelas.

hasil-pencarian-site


3. Mencari informasi dalam bentuk file.
Jika kita ingin mencari file dalam bentuk pdf mengenai kitab tauhid, kita perlu menambahkan filetype:pdf

contoh:
kitab tauhid filetype:pdf

Lihat gambar di bawah untuk lebih jelas.

hasil-pencarian-filetype


Sebenarnya masih banyak lagi tips pencarian di google, akan tetapi tiga point di atas yang sering saya gunakan sehingga saya hanya menuliskan dokumentasinya seperti di atas. Jika anda ingin tahu lebih dalam, silakan langsung ke web yang telah saya sebutkan di atas.

Monday, May 20, 2013

Bagaimana cara mengenalkan bahasa asing kepada anak?

Judul tulisan di atas memakai tanda tanya, itu berarti saya benar benar bertanya bagaimana caranya mengajarkan bahasa asing ke anak. Saya bukan berlatar belakang sarjana pendidikan, sehingga tidak begitu mendalam mengetahui tentang konsep pedagogi. Tapi saya mencoba mempraktekkan teori teori yang sudah diajarkan oleh para ahli pendidikan.

Saya berharap ada pengajar atau guru bahasa asing yang membaca tulisan ini sehingga bisa memberikan komentar terhadap pengalaman saya dalam belajar bahasa asing bersama dengan anak. Alhamdulillah kami sangat enjoy dengan aktifitas ini, tapi kami tidak mengetahui apakah kegiatan kami ini efektif atau tidak ditinjau dari aspek pendidikan anak. Atau mungkin anda mempunyai pengalaman lain dalam hal ini, saya mengharapkan tambahan informasi dari anda melalui komentar di bawah. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih, semoga bisa menambah kaya khasanah keilmuan dalam beraktifitas bersama anak anak kita.

Oleh karena sebelum homeschooling, anak anak kami bersekolah di SDIT (sekolah dasar Islam terpadu), maka bahasa asing yang dipelajari ada dua yaitu bahasa arab dan bahasa inggris. Jadi setelah homeschooling, kami selaku orang tua langsung meneruskan pelajaran kedua bahasa ini. Buku dari sekolah sudah habis dibaca, jadi saya mencari sumber lain untuk pelajaran ini. Alhamdulillah saya menemukan sumber yang menurut saya cocok untuk anak saya dalam mempelajari bahasa arab, yaitu di http://omarmariam.irsyad.sg/

Disini ada ada tiga level dan setiap level ada tujuh buku yang harus dipelajari. Setiap selesai pelajaran, ada beberapa latihan dan quiz. Alhamdulillah anak anak saya suka dengan metoda ini.

Metoda yang saya terapkan adalah:

-Anak mendengarkan kalimat arabnya sambil melihat gambar disampingnya, dan usahakan anak mengerti artinya dengan melihat gambarnya. Tujuan dari aktifitas ini adalah berusaha mendengar seseorang bicara sambil berusaha mengerti artinya.

-Anak membaca kalimat yang ada. Tujuan dari aktifitas ini adalah untuk melatih mengucapkan kalimat dengan benar.

-Jika ada kata baru, anak mencatat kalimat itu dibukunya, mengulang ulang membacanya agar lancar dan hapal.

-Setelah mendengar, membaca, dan menulis kata baru maka anak mengerjakan soal latihan dan quiz yang terdapat pada website.

-Selesailah pelajaran pada hari itu.

-Sebelum pelajaran yang baru, saya review kosa kata baru yang didapat sebelumnya. Cara saya mereview adalah saya menanyakan apa bahasa arabnya dari kata bahasa indonesia dan sebaliknya apa arti dalam bahasa indonesia dari kata bahasa arabnya.

Ada dua jenis review yang saya lakukan, yaitu lisan dan tertulis.

-Setelah itu barulah memulai pelajaran baru.

-Begitu seterusnya.

Kata para ahli, belajar berbahasa asing itu harus banyak prakteknya. Oleh karena itu di dalam aktifitas belajar ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa arab, mulai dari pembukaan sampai selesai. Saya juga menerapkan hari hari tertentu di dalam keluarga dimana didalam satu hari itu kita semua menggunakan bahasa arab, dan hari tertentu berkomunikasi dalam bahasa Inggris (tapi beribu ribu sayang, saya belum konsisten dalam menerapkan hal ini). Alhamdulillah, melalui aktifitas ini, membuat saya harus terus belajar.

Inti dari hal yang sudah saya praktikkan adalah menulis kalimat, mendengarnya untuk melatih pendengaran, membacanya agar dapat membaca dengan pronunciation yang benar, dan menambah kosa kata baru, serta berkomunikasi dengan anak agar dapat mempraktekkan kosa kata yang sudah didapat. Ohya, satu lagi anak anak juga mencoba menuliskan apa saja yang telah dia pelajari baik bahasa arab atau bahasa inggris di blog mereka. Alhamdulillah, mereka semangat menuliskannya di blog mereka, walaupun saya senyum sendiri membacanya. Mengapa? karena menurut grammar ada beberapa kesalahan (yang kadang membuat saya senyum), tapi yang penting mereka berani praktek. Setelah saya baca, biasanya saya beri pujian,"good job" atau "mumtaaz" sambil memberikan contoh yang benar.

Pembelajaran mereka dapat dilihat di sini:

- dua bahasa rangkuman di http://karyahalwa.blogspot.com/2013/01/bahasa-arab-dan-inggris.html

-percakapan bahasa inggris di http://karyahalwa.blogspot.com/2013/01/percakapan-bahasa-ingrisfor-islamic.html

-listen islamic story di http://karyahalwa.blogspot.com/2013/01/listen-islamic-story.html

-membuat rangkuman di http://celotehanafra.blogspot.com/2013/01/blog-post_17.html

-pergi ke le park di http://celotehanafra.blogspot.com/2013/01/percakapan-pergi-ke-le-park.html

Itulah sementara ini cara kami belajar bahasa asing, bagaimana dengan anda? Jika punya pengalaman lain mohon kiranya di share melalui comment di bawah. Siapa tahu kita bisa sama sama mempraktekkannya.

Thursday, May 16, 2013

Kurikulum 2013 ?

Saya hanya pemerhati dan bukan ahli. Serunya pro dan kontra di media tentang kurikulum baru ini akhirnya menggelitik perhatian saya yang awam ini. Akhirnya saya membaca informasi mengenai hal ini. Intinya adalah banyak kekhawatiran dan ketakutan terhadap kurikulum 2013 ini, tapi tidak sedikit pula yang optimis terhadap perubahan kurikulum ini.
 
Diantara komentar komentar yang beredar di masyarakat adalah:
 
-Kurikulum baru ini justru bagus karena berusaha untuk mengubah budaya menghapal menjadi budaya nalar, mengubah komunikasi satu arah menjadi dua arah dalam arti guru dan siswa sama sama aktif di kelas.
 
-Kurikulum baru ini bertujuan agar sistem pendidikan tidak terlalu fokus pada kompetensi dan berorientasi nilai semata terutama nilai ujian akhir nasional.
 
Akan tetapi ada juga yang berkata:
 
-Kasihan anak anak, dijadikan kelinci percobaan karena kurikulum berubah ubah terus sistemnya.
 
-Bagaimana nanti kalo ada mata pelajaran yang dihapus, gurunya bagaimana?
 
-waduh, ganti buku, ada tambahan biaya lagi dong.
 
Dan seterusnya.... dan seterusnya...
 
Daripada ikut larut dalam "keributan" ini, lebih baik kita (baca: saya / karena tulisan ini ditujukan utamanya kepada saya) bersiap siap menghadapi perubahan sehingga kita dapat merespon dengan baik perubahan ini.
 
Saya telah menulis tentang skala prioritas pembelajaran yang berisi tentang hal hal apa yang substansial dan paling penting untuk diajarkan dan dipraktekkan oleh anak. Jika kita fokus mengimplementasikannya yaitu pendidikan Tauhid, akhlak, karakter, adab, dan seterusnya maka Insya Allah sang anak menjadi lebih siap tentang perubahan pada lingkungannya dan dapat beradaptasi dengannya.
 
Seperti apa yang sudah baca dari berbagai sumber, yang utama untuk orang tua adalah kesiapan ilmu untuk mendidik anak : bagaimana agar anak mencintai aktifitas menuntut ilmu, bagaimana agar anak suka membaca, bagaimana agar cinta menulis dan berkarya, bagaimana merangsang anak untuk mempunyai nalar dan kesukaan untuk bereksplorasi, bagaimana cara belajar yang efektif, bagaimana mempraktekkan ilmu yang sudah didapat dikeseharian, dan seterusnya.
 
Jika ada pendapat lain atau informasi tambahan tentang kurikulum 2013, mohon kiranya ditulis pada comment di bawah. Siapa tahu ada informasi yang terluput pada saya. Terima kasih.

Wednesday, May 15, 2013

Karena Cinta - sebuah renungan

cinta-hakiki-dalam-kerangka-syari
Cinta dan kasih sayang adalah perasaan yang Allah Ta'ala karuniakan kepada hambanya. Seorang ibu mempunyai perasaan itu kepada anaknya, oleh karena itu dia rela menahan kantuk agar anaknya dapat menyusui sampai kenyang dan terlelap. Seorang ayah rela berpeluh keringat dan membanting tulang agar dia dapat menafkahi istri dan anak anaknya. Jika saya berikan contoh tentang hal ini, mungkin tulisan ini akan memakan halaman yang sangat panjang.

Tulisan ini terinspirasi oleh tweet seorang praktisi parenting. Beliau memberi tweet berseri (istilah di dunia mayanya kultwit atau kultweet) bertema salah kaprah tentang cinta. Agar tidak lupa dalam ingatan, ada baiknya saya tuliskan intisarinya di blog ini. Dan tulisan ini terutama ditujukan untuk diri sendiri.

Intisari ini dimulai dengan contoh penerapan cinta yang biasa dilakukan oleh orang tua:

-Ada orang tua yang selalu menuntun anak dalam melakukan aktifitas mulai dari mandi, menyuapkan makan, menyiapkan buku pelajarannya, bahkan si anak bermain di tanah halaman belakang pun dilarang dengan alasan nanti kotor dan lain sebagainya. Mengapa orang tua melakukan itu? jawabnya dengan alasan cinta.

-Ada orang tua yang selalu menyanggupi dan memberikan apa saja yang diminta anaknya mulai dari makanan lezat, mainan termahal, dan seterusnya. Mengapa orang tua selalu membelikannya? jawabnya karena cinta dan sayang sama anak.

-Ada orang tua yang bekerja keras agar anaknya bisa sekolah tinggi di sekolah yang terbaik (baca : termahal), mendaftarkan anaknya berbagai kursus dan les tambahan agar anaknya mendapatkan nilai akademis yang baik dan skill yang mumpuni. Mengapa orang tua rela mengeluarkan banyak uang untuk itu? jawabnya karena cinta sama anak.

Ada banyak contoh lagi penerapan yang tidak saya sebut satu persatu. Sebenarnya sah saja jika orang tua melakukan hal itu, mungkin saja kaca mata yang dipakai untuk memandang sesuatu hal itu berbeda. Saya sempat menyinggung tentang cara pandang atau kaca mata yang dipakai ini ketika menentukan skala prioritas belajar untuk anak

Tidak bosan saya mengulang bahwa di blog ini, kacamata yang dipakai adalah kacamata syar'i. Sehingga tiga hal di atas dapat dipandang dari sisi syar'i. Adapun mengenai contoh yang pertama, adalah sangat bagus bagi orang tua untuk mendidik dan menuntun anaknya (memberi instruksi pada anaknya). Akan tetapi, jika orang tua sayang kepada anaknya dengan sebenar benar sayang, maka setelah anak akan dan sudah memasuki fase tamyiz, latihlah sang anak untuk bekerja sendiri, makan sendiri, mandi sendiri, menyiapkan keperluan mereka sendiri. Cobalah merangsang mereka untuk mengambil keputusan sendiri. Contoh sederhananya adalah dengan metoda bertanya kepada mereka,"siang ini mau murojaah hapalan dulu atau tidur siang dulu?". Atau,"sabtu depan mau main ke taman atau ke toko buku?" dan seterusnya.

Praktekkan selagi dini, orang tua harus sabar jika sang anak masih belum sempurna mengerjakan sesuatu (namanya juga latihan), Insya Allah nanti terbiasa. Dengan itu, mereka terlatih untuk mandiri dan belajar mengambil keputusan sendiri.

Mengenai contoh yang kedua, lagi lagi sebenarnya adalah bagus untuk menerapkan itu. Akan tetapi cobalah berlatih untuk tidak selalu memberikan apa saja yang diminta anak. Walaupun orang tua sebenarnya memiliki uang yang banyak, tapi jika orang tua mencintai anaknya dengan sebenar benar cinta, maka orang tua harus melatih sang anak untuk menghadapi kehidupan nyata. Oleh karena ketika mereka sudah lepas dari kita sebab merantau untuk sekolah atau yang lainnya, mereka akan menemukan bahwa tidak selalu keinginan mereka itu terpenuhi seketika, kadang melalui tangisan perjuangan yang panjang bahkan kadang mereka tidak mendapatkannya sama sekali.

Jika orang tua membiasakan menanamkan Tauhid sejak dini, berlatih untuk menahan memberikan apa apa saja permintaan anak, dan seterusnya, maka mereka menghadapi hal di atas dengan ketangguhan dan kesabaran serta tidak berputus asa dari rahmat Allah Ta'ala.

Terakhir, tentang contoh ketiga. Sekali lagi, saya tidak menampik hal ini sebab jika orang tua mampu membiayai pendidikan anak setinggi tingginya kenapa tidak? Tapi, seperti yang sudah disebutkan di awal, kacamata syar'i lah yang dipakai. Ketika kita serius menyiapkan mereka agar mereka siap hidup di masa depan mereka, ada sebuah pertanyaan fundamental,"apakah orang tua sudah mempersiapkan sang anak bekal untuk kehidupan akhirat?" Jika orang tua cinta dengan sebenar benar cinta dan kasih sayang, maka seharusnya mereka lebih sibuk untuk mempersiapkan "masa depan" mereka di akhirat yaitu masa depan sesungguhnya. Orang tua bersama anak berusaha bersama agar mereka berhasil di masa depan sesungguhnya, yaitu bersama sama berkumpul di surga di kampung akhirat nanti.

Itulah hakikat cinta sejati, kecintaan tidak hanya untuk kepentingan di dunia, namun juga di akhirat. Perasaan yang harus terus dipupuk, dipelihara, dan diimplementasikan dalam kerangka syar'i.

Sunday, May 12, 2013

Faktor terpenting dalam pendidikan karakter anak

Melanjutkan catatan yang sudah didapat dari membaca buku dan artikel yang sudah saya rangkum dalam tulisan skala prioritas dalam belajar, saya tulis artikel ini sebagai pengingat bagi saya pribadi. Temanya adalah faktor utama suksesnya pendidikan karakter anak.

Saya simpulkan pada paragraf awal, faktor utama dalam menjadikan anak berkarakter yang baik adalah keshalihan orang tua dan orang tua yang berusaha menjauhi maksiat

Sewaktu khutbah jumat, Ustadz menjelaskan tentang surat Alkahfi ayat 82, yang arti atau maknanya kurang lebih sebagai berikut:


"Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya."


Ayat ini adalah salah satu peristiwa yang diceritakan antara Nabi Musa 'alaihi salam dengan seorang yang diberi 'ilmu oleh Allah. Ustadz menjelaskan salah satu faidah cerita di atas adalah buah dari keshalihan orang tua adalah Allah Ta'ala akan menjaga keturunannya dengan sebaik baik penjagaan seperti menjadikan anak mereka menjadi anak shalih, menjaga hartanya, keamanan, dan selainnya.

Kesimpulannya jika orang tua ingin anak mereka menjadi shalih dan berakhlak baik, jangan hanya fokus kepada pendidikan karakter mereka semata, akan tetapi yang utama adalah lihat diri sendiri dulu apakah keadaan kita sebagai orang tua sudah shalih, melaksanakan ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat? 

Khutbah diakhiri dengan motivasi kepada para orang tua , sibukkan diri kita sebagai orang tua dengan berbagai ketaatan dan amalan shalih serta mendoakan kebaikan anak anak kita. Jangan lupa menjalankan sebab dengan berikhtiar mendidik anak anak akhlak yang baik. Salah satu cara efektif dan mengena untuk anak adalah keteladanan orang tua. Contohnya: Bagaimana mungkin menyuruh anak agar shalat di masjid, akan tetapi sang ayah jarang shalat di masjid?

Setelah keteladanan, ikhtiar atau usaha yang dapat dilakukan orang tua adalah bercerita tentang kisah mulianya akhlak Nabi, sahabat, dan generasi salaf (terdahulu) lainnya. Contoh lainnya adalah memberikan mereka buku buku bacaan tentang akhlak, setelah membaca diskusikan bersama dan berusaha untuk mempraktekkan bersama.

Sunday, May 5, 2013

Skala prioritas belajar - belajar mulai dari yang terpenting

Pada awal saya memulai homeschooling, saya sangat bersemangat mengumpulkan materi materi pembelajaran, bahan pembelajaran berbagai keterampilan untuk anak, mendownload berbagai konsep dan teori hal apa saja yang diperlukan untuk perkembangan anak, dan banyak lagi.

Seperti yang sudah diduga, akhirnya saya kebingungan dan kewalahan sendiri untuk menentukan metoda pembelajaran, skill apa yang harus diajarkan, keterampilan hidup apa yang harus dikenalkan, dan seterusnya.


skala-prioritas-belajar-anak
================================================

Baca artikel di bawah untuk informasi yang dalam dan dapat dipraktekkan:

Cara Mendidik Anak Paling Efektif - Berdasarkan pengalaman penulis

Bangun Kecerdasan Emosional dengan Komunikasi Yang Efektif

Contoh Kata-Kata Motivasi Dari Orang tua Untuk anak

Perhatian Untuk Orang-tua : Pintar Saja Tidak Cukup

Cara Mengajarkan Anak Pentingnya Mempunyai Cita-Cita

Kisah Nyata (Haru) : Doa Ayah Untuk Ananda

================================================

Pada akhirnya, setelah learning by doing, mencoba sana mencoba sini, akhirnya sampailah pada suatu kesimpulan (sebenarnya bukan kesimpulan, akan tetapi sementara ini saya akan jalani secara konsisten Insya Allah) bahwa ditengah banyaknya arus informasi, sementara waktu kita terbatas, maka kita harus mengambil sikap untuk belajar mulai dari yang terpenting. Para ahli menyebutnya skala prioritas belajar.


Lain visi lain pula skala prioritas belajarnya. Penyebab perbedaannya adalah pemakaian kaca mata dalam memandang visi. Jika kaca mata yang dipakai adalah kaca mata syar'i, Insya Allah akan mempunyai visi yang sama sehingga skala prioritas belajarnya pun sama.
Saya bukan ahli parenting, bukan expert di bidang pendidikan, akan tetapi saya berusaha menulis apa yang sudah saya dapat disini dan berusaha sekeras mungkin agar ilmu tersebut dipraktekkan. Langsung saja, jadi skala prioritas belajar untuk anak adalah:


- Menanamkan Tauhid kepada mereka. Mengapa ini penting? Jawabannya adalah karena hal ini adalah pondasi dalam kehidupan kita. Dengan mengerti hal ini dan mempraktikkannya, mereka akan tahu bahwa segala aktifitas kebaikan atau ibadah akan mendapat balasan yang baik jika niat atau motivasinya karena Allah Ta'ala dan ittiba kepada rasulullah. Jika mereka tertimpa kesulitan, mereka akan menerimanya dengan sabar karena mereka tahu itu adalah atas takdir Allah Ta'ala. Jika mereka berusaha dan berikhtiar, mereka akan selalu meminta pertolongan kepada Allah dan tidak menyandarkan hasil kepada usaha mereka semata. Jika mereka mendapatkan kemudahan dan kenikmatan, mereka tidak akan sombong karena itu adalah anugrah dari Allah. Dan seterusnya.


-Mengenalkan dan mempraktekkan akhlaq yang baik kepada mereka. Banyak akhlak yang bisa dikenalkan sejak dini, tidak akan habis jika disebut satu persatu pada tulisan ini seperti: yakin, tawakkal, sabar, berusaha dengan kuat terhadap hal yang bermanfaat, menjauhkan diri dari hal yang tidak bermanfaat, adab kepada orang tua, adab kepada adik dan kakak, adab menerima tamu dan bertamu, adab kepada guru, adab kepada hewan dan tumbuhan, dan seterusnya.


Saya yakin kita mempunyai cara favorit kita dalam mengenalkan adab ini, kalau saya lebih senang mengenalkan adab ini dengan story telling atau bercerita. Tentunya cerita yang sebenarnya dari kehidupan rasulullah, sahabat, tabi'in, 'ulama, atau orang shalih lainnya. Di akhir cerita biasanya saya bertanya,"hal apa yang bisa diambil pelajaran dari kisah ini?". Hal ini untuk merangsang pemikiran mereka dalam mengambil pelajaran.


-Menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu. Mengapa ini penting? sebab jika mereka sudah mencintai ilmu, mereka akan mudah dan senang dalam menuntut ilmu dan enjoy terhadap kegiatan menuntut ilmu seperti membaca, menulis, menganalisa, mempraktekkan, mengajarkan, dan seterusnya.


Itu saja yang bisa saya tulis, ada banyak hal lain yang bisa diajarkan, seiring dengan berjalannya waktu, Insya Allah mereka akan belajar hal hal baru yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Sebagai catatan, pendapat anda mungkin berbeda, mungkin anda mempunyai prioritas yang lain, silakan menerapkan hal tersebut.