Wednesday, October 31, 2012

Ada pembelajaran dalam bermain bola


Saya sependapat dengan pemikiran bahwa anak seusia TK harus lebih banyak bermain. Orang tua seharusnya tidak membebani mereka dengan pelajaran calistung secara berlebihan. Tunggulah sampai anak itu puas bermain dan siap mental menerima pelajaran informal tentang calistung.

Demikian pula halnya dengan anak laki laki saya Ahmad. Usianya baru empat tahun. Dia lagi senang senangnya bermain bola. Kesempatan ini saya pergunakan dengan sebaik baiknya, dalam artian sambil bermain bola, saya latih keseimbangannya, koordinasi geraknya, feeling nya, fisiknya, mental, adab dan perilaku.

Menurut pakar pendidikan, anak tidak seharusnya dipaksa untuk mengikuti dunia atau pemikiran kita, sebaiknya orang tua yang harus masuk ke dunia anak anak. Dalam hal pendidikan, kita harus mengikuti kemauan atau kebutuhan anak. Jika si Ahmad sedang membutuhkan partner dalam bermain bola, maka saya harus menjadi temannya sekaligus memasukkan beberapa pembelajaran disana.

Contoh untuk pelajaran adab/perilaku/karakter: 
- ketika Ahmad ingin memakai sepatu bola, saya ingatkan memakainya dengan kaki kanan dahulu jika memulai dengan kaki kiri. Begitu juga sebaliknya, yaitu adab melepas sepatu. (kadang kadang si Ahmad bosan pakai sepatu di rumput, dia lebih senang bertelanjang kaki)
- ketika minum, saya akan ingatkan baca basmalah jika si Ahmad langsung meneguk air.

Contoh untuk melatih koordinasi tubuh/kontrol atau keseimbangan: 
 -setelah bermain tendang tendangan, biasanya saya suruh Ahmad untuk berlari sambil membawa bola dengan kaki. Alhamdulillah dia dapat mengontrol bola dengan baik.


Contoh untuk sosialisasi:
 - pada waktu acara pemotongan hewan qurban di sekolah kakaknya, Ahmad saya sarankan untuk bermain dengan anak anak lain. Alhamdulillah dia bisa menempatkan dirinya dengan baik pada aktifitas tersebut, baik sebagai orang yang memasukkan bola ke gawang, maupun sebagai kiper.

Thursday, October 18, 2012

Memanage aktifitas homeschooling

Sebenarnya ini termasuk langkah persiapan melakukan homeschooling. Tapi langkah ini sudah masuk dalam teknis operasional. Untuk memanage sesuatu, saya biasa menggunakan tools yang mungkin anda sudah akrab. Tool ini disebut apa yang kita kenal mindmapping.

Salah satu paramater yang penting diukur sebagai kinerja adalah time (waktu). Oleh karena itu saya merancang time management dengan tool ini. Substansinya adalah segera tuliskan pokok pokok ide yang berkaitan dengan waktu, setelah itu tuliskan juga cabang cabangnya atau sub ide, begitu seterusnya. Anda dapat melihat contoh coretan di bawah:

 
activity-management-mindmapping
 
Dalam salah satu aktifitas dalam gambar di atas, sebenarnya termasuk dalam langkah perencanaan. Saya ceritakan sedikit disini. Mengenai Big picture, chunking, bite-sized, multitasking, and diversify.
 
Big picture dapat disebut juga helicopter view, dalam hal ini tujuan besar (visi) untuk menerapkan homeschooling ini. Misalnya: membangun generasi shalih dan shalihah yang berprestasi dan bahagia di dunia dan di akhirat. Dari sini anda dapat membangun cabang cabang lagi, seperti generasi shalih dan shalihah seperti apa, kriteria bahagia di dunia apa dan bahagia di akhirat apa? Begitu seterusnya.
 
Setelah itu barulah ide besar (visi) itu, anda potong menjadi bagian yang kecil. Gunanya adalah agar anda dapat melakukan monitoring dan evaluasi bagian yang kecil itu. Selanjutnya jika anda dapat memecah lagi menjadi kegiatan yang lebih kecil, dapat anda lakukan. Jika tidak, teruskan seperti itu. Nah bagian bagian kecil tadi, sebenarnya dapat kita gambarkan lagi apakah bisa dilakukan berbarengan dengan aktifitas lainnya atau tidak (multitasking).
 
Mohon maaf saya belum menjelaskan lebih detail dan terperinci langkah ini, karena ini juga baru saya kerjakan (in progress). Tulisan ini sebenarnya bentuk penuangan apa yang ada dikepala saya sekarang. Saya hanya buat coretan coretan kecil dan mendokumentasikannya disini sebelum semuanya selesai saya kerjakan.

Friday, October 12, 2012

Persiapan awal homeschooling

Sebenarnya persiapan untuk memulai homeschooling sudah dimulai dari beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi belum ada keberanian untuk berevolusi untuk melakukannya seratus persen. Saya menerapkannya hanya sebatas mengajarkan anak anak selepas sekolah atau di hari libur.

Persiapan awal homeschooling
Pada waktu itu, saya sudah mulai mengenal beberapa komunitas homeschooling di Indonesia, saya ikut di mailing listnya. Sehingga saya tahu garis besar aktifitas pembelajaran anak anak. Sayapun memulai mengikuti seminar parenting, mengumpulkan buku buku bertema pendidikan (dan membacanya tentu) lalu sedikit demi sedikit mempraktekkannya di keseharian.  

Beruntung, tidak lama setelah itu ada copy darat member sebuah komunitas homeschooling. Tanpa berpikir panjang, saya dan istri beserta anak anak mendaftar acara itu, dan kami aktif di dalamnya. Setelah melihat anak anak HS, tingkah polah mereka, kecerdasan mereka, keshalihan mereka, semakin kuat tekad saya untuk menerapkannya di keluarga saya. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, tekad itu meluntur setelah bertambah kesibukan di kantor dan usaha sampingan saya.

Alhamdulillah, setelah beberapa bulan mencicipi kehidupan sebagai full wirausahawan, akhirnya saya memutuskan untuk menerima pekerjaan (alias menjadi karyawan lagi) di luar negeri. Setelah konsultasi dengan senior yang sudah lama di sana mengenai lingkungan sekolah dan pendidikan di sana, saya memutuskan untuk memilih homeschooling. 

Dan petualanganpun dimulai. Persiapan pertama adalah menjadi member di sebuah komunitas yang akan membantu kita mengadakan ujian akhir nasional (kerja sama dengan sekolah payung). Dengan mengikuti komunitas tersebut, anak anak kita bisa mengikuti ujian, mendapat raport, dan UAN. Kami memilih member online (jarak jauh). 

Persiapan kedua adalah memilih kurikulum. Untuk kurikulum agama Islam, saya memilih kurikulum dari sekolah anak anak saya yang sekarang (sebuah SDIT yang bermanhaj yang shahih). Sedangkan untuk kurikulum nasional, saya juga memakai buku pegangan sekolah mereka ditambah buku dari komunitas homeschooling sebagai pengayaan latihan.

Saya telah menemukan kurikulum bahasa arab dan bahasa Inggris, science, dan art. Alhamdulillah. Insya Allah tinggal menunggu waktu saja karena sementara ini anak anak masih ujian tengah semester di sekolahnya. Setelah itu, kita akan berpetualang bersama melakukan ikhtiar untuk kebaikan di dunia dan di akhirat. Yang perlu diingat adalah saya tidak boleh menyandarkan hanya kepada ikhtiar saya saja, akan tetapi yang paling utama adalah bersandar kepada Allah, meminta kemudahan urusan kepada Nya.

Bismillah, mudah mudahan perjalanan ini membuahkan kesuksesan di dunia dan di akhirat.

Thursday, October 11, 2012

Let the journey begins

Alhamdulillah, hari ini pada tanggal 24 dzulqa'dah 1433 H atau bertepatan dengan tanggal 11 Oktober 2012 saya memulai blog ini.
Tujuan menulis di blog ini untuk kepentingan dokumentasi perjalanan pembelajaran anak anak kami. Insya Allah kami memulai Homeschooling bagi anak anak kami.
Bismillah, semoga perjalanan ini mudah dan berkah.. Aamiin...
Di sebuah kota, menjelang zuhur
Abi dan Ummi